Saat ini negara kita banyak diramaikan dengan peristiwa yang aneh dan kalau saya bisa katakan agak GANJIL..( mungkin Cuma Bahasa Saya ).
Kenapa Saya berkata seperti itu,,,???
Dijaman yang serba Modern ini, Ternyata makin modern juga segala bentuk Kejadian yang meliputi Kejahatan, Pendidikan termasuk Para Pelajarnya juga, Politik dll, Yang semua itu menjadikan sebuah pertanyaan untuk kita...bahwa apakah kita semakin maju secara pengetahuan atau semakin mundur secara akhlak....???
Banyak yang kita dengar baik dari berita yang dapat kita tonton pada Televisi atau yang kita baca pada koran-koran yang semua itu mengisyaratkan bahwa negara kita ini sebetulnya banyak mengalami kemunduran.
Eits...tunggu dulu...Boleh Tudak Setuju...tapi ini cuma sebuah penilaian dan bukan Kenyataan yang harus kita Amini kesemuanya.
Memang kita tidak dapat terus menoleh kebelakang untuk membandingkan keadaan sekarang. Tapi kadang kita juga harusnya mau belajar dari sejarah bangsa kita sendiri yang menurut saya sangat banyak yang baik dan seharusnya memang kita harus Bangga dengan sejarah bangsa sendiri.
Saya pernah minta tolong dengan beberapa siswa SMP dan Siswa SMA untuk menyanyikan lagu nasional Indonesia, Lagu Indonesia Raya dan Garuda Panca Sila.
Mau tahu Hasilnya.....????
Ternyata mereka lebih berbakat dan hapal lagu-lagu Band-band Indie jaman sekarang bahkan sampai lagu-lagu dari negara luar...
Pertanda apa itu ....??
Kalau saya yang harus disuruh menjawab dan dengan bahasa saya sendiri, maka saya akan menjawab :
1. Bangsa ini sedang krisis Nasionalisme
2. Bangsa ini punya Banyak generasi yang sudah tidak perduli lagi akan Sejarah bangsanya.
3. Bangsa yang memiliki kriteria mudah melupakan ikatan emosianal berbangsa.
4. Bangsa yang juga Krisis Kepemimpinan.
Dan mungkin banyak lagi.....
Apa saya salah punya penilaian seperti itu,,,??, Bagi sebagian orang mungkin SALAH...tapi kenapa kita tidak coba jujur dengan kenyataan yang terjadi sekarang ini.
Dunia Pendidikan dipenuhi dengan berbagai keanehan dan keteledoran dari badan yang seharusnya mengawasi dan menuntun kearah yang lebih santun, Tapi coba ingat berapa kali dengan berbagai alasan terjadi keanehan di dunia pendidikan seperti Buku Pelajaran yang tidak pantas diedarkan untuk pembelajaran siswa...
Ada begitu banyak kasus-kasus dalam dunia pendidikan yang harus segera dicarikan solusi terbaik bersama...
•
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Ir. SOEKARNO, Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
Saya sengaja mengutip Kata-kata Mutiara
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia Pertama, karena kata-kata itu keluar jiwa dari salah satu Pemimpin besar bangsa ini.
Ada banyak Pekerjaan Rumah Bangsa ini yang harus diselesaikan, Tentunya semua itu harus dimulai dari Kebijakan Pemimpin negara ini, kita tidak harus kembali dengan menggunakan cara masa lalu tetapi cukup dengan menghargai dan meneguhkannya dihati bahwa kita harus menjadi bangsa yang baik, Bangsa yang kuat, bangsa yang adil secara hukum, kehidupan berbangsa, bangsa yang punya harga diri dan menghargai segala bentuk budaya bangsa ini.
Kita harus belajar lagi arti persatuan dan kesatuan...karena tidak ada kata telat untuk memulai sesuatu....
Mulailah cintai bangsa ini sebenarnya...bukan hanya cukup hidup dan merasa berbangsa....
Ada banyak Contoh dari kata-kata Mutiara Ir. Soekarno pada masa Hidupnya dan masa Kewibawaan Negara selama dipimpin Beliau tanpa melupakan para Pemimpin lainnya.
Layak untuk kita baca dan Resapi makna dari perkataan beliau...
Karena Tidaklah Hebat suatu Bangsa yang mudah MELUPAKAN para Pahlawan-Pahlawannya............
Kata-Kata Mutiara dan Amanat Bung Karno
Tentang nasionalisme
• Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi
"perkakasnya Tuhan", dan membuat kita menjadi "hidup di dalam
rokh".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
• Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
• Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman... Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]
• Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. Jangan kita kira seperti kursikursi
yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
• Entah bagaimana tercapainya "persatuan" itu, entah bagaimana
rupanya "persatuan" itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia - Merdeka itu, ialah ...."Kapal Persatuan" adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
• Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]
• Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan!
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]
• Bangsa adalah segerombolan manusia yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu
geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
• Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
• Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal
dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
• Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
• Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. "No sacrifice is wasted".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Tidak seorang yang menghitung-hitung : "Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya."
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
• Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
• Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
• Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan:
"Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".
[Pidato HUT Proklamasi, 1946]
• Dalam pidatoku Rawe-rawe rantas, malang-malang putung kutegaskan
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung ! Kita tidak mau. Dua kita
melawan! Sesudah Belanda menggempur .....mulailah ia dengan
politiknya devide et impera, politiknya memecah belah .....maka kita
bangsa Indonesia bersemboyan bersatu dan berkuasa.
[Pidato HUT Proklamasi, 1947]
• Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal, kemerdekaan malah
membangun soal-soal, tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk
memecahkan soal-soal itu. Hanya ketidak-kemerdekaanlah yang tidak
memberi jalan untuk memecahkan soal-soal .... Rumah kita dikepung,
rumah kita hendak dihancurkan ..... Bersatulah Bhinneka Tunggal Ika.
Kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula.
[Pidato HUT Proklamasi, 1948]
• Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa
pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali.
[Pidato HUT Proklamasi, 1949]
• Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya
sitiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk, belumlah
pekerjaan kita selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan
sebanyak-banyaknya keringat.
[Pidato HUT Proklamasi, 1950]
• Adakanlah ko-ordinasi, adakanlah simponi yang seharmonisharmonisnya
antara kepentingan Beograd dan kepentingan umum, dan
janganlah kepentingan Beograd itu dimenangkan di atas kepentingan
umum.
[Pidato HUT Proklamasi, 1951]
• Kembali kepada jiwa Proklamasi .... kembali kepada sari-intinya yang
sejati, yaitu pertama jiwa Merdeka Nasional ... kedua jiwa
ichlas...ketiga jiwa persatuan... keempat jiwa pembangunan.
[Pidato HUT Proklamasi, 1952]
• Bakat persatuan, bakat "Gotong Royong" yang memang telah berurat
berakar dalam jiwa Indonesia, ketambahan lagi daya penyatu yang
datang dari azas Pancasial.
[Pidato HUT Proklamasi, 1953]
• Dengan "Bhinneka Tunggal Ika" dan Pancasila, kita prinsipil dan
dengan perbuatan, berjuang terus melawan kolonialisme dan
imperialisme di mana saja.
[Pidato HUT Proklamasi, 1954]
• Sepuluh tahun telah kita Merdeka, tetapi masih ada saja orang-orang
yang dihinggapi minderwaardigheids complexen terhadap orang asing,
masih ada saja orang-orang yang lebih mengetahui dan mencintai
kultur Eropa dari pada kultur Beograd. Sehatkanlah kehidupan polltik
kita dengan jalan Pemilihan Umum itu. Engkau bisa, hei Rakyat, sebab
engkaulah yang menjadi hakim-bukan aku, bukan Bung Hatta, bukan
Angkatan Perang, bukan Kabinet.
17 AGUTUS 1955]
• Dalam pidatoku: "Berilah isi kepada kehidupanmu" kutegaskan:
"Sekali kita berani bertindak revolusioner, tetap kita harus berani
bertindak revolusloner .... jangan ragu-ragu, jangan mandek setengah
jalan..." kita adalah "fighting nation" yang tidak mengenal "yourney'send"
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Dalam pidatoku, "Satu Tahun Ketentuan "ku-kobar-kobarkan Revolusi
Indonesia benar-benar Revolusi Rakyat .... Tujuan kita masyarakat
adil-makmur, masyarakat Rakyat untuk Rakyat, karakteristik segenap
tindak tanduk perjuangan kita harus tetap karakteristik
Rakyat.demokrasi met leiderschap, demokrasi terpimpin.
[Pidato HUT Proklamasi, .1957 ]
• Dalam pidatoku, "Tahun Tantangan" kusimpulkan, "Rakyat 1958
sekarang sudah lebih sadar ....tidak lagi tak terang siapa kawan, siapa
lawan, tidak lagi tak terang siapa yang setia dan siapa pengkhianat .....
siapa pemimpin sejati dan siapa pemimpin anteknya asing ....siapa
pemimpin pengabdi Rakyat dan siapa pemimpin gadungan. Dalam
masa tantangan-tantangan seperti sekarang ini, lebih dari pada dimasamasa
yang lampau kita harus menggembleng kembali
Persatuan...Persatuan adalah tuntutan sejarah".
[Pidato HUT Proklamasi, 1958]
• Dalam pidatoku, "Penemuan Kembali Revolusi Kita" yang kemudian
diperkuat oleh seluruh nasion dan disahkan sebagai Manifesto Politik
Republik Indonesia kurumuskanlah "tiga segi" kerangka Revolusi kita
dan 5 (lima) persoalan-persoalan pokok Revolusi Indonesia yaltu:
Dasar/tujuan dan kewajiban-kewajiban Revolusi Indonesia, kekuatan
sosial Revolusi Indonesia, dan musuh-musuh Revolusi Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1959 ]
• Dalam pidatoku. "Laksana Malaikat yang menyerbu dari langit",
jalannya Revolusi kita kutandaskan perlunya dilaksanakan
"Landreform", perlunya dikonsolidasikan segenap kekuatan untuk
menghadapi imperialis-kolonialis.
[Pidato HUT Proklamasi, 1960]
• Atau hendakkah kamu menjadi bangsa yang ngglenggem"? Bangsa
yang zelfgenoegzaam? Bangsa yang angler memeteli burung perkutut
dan minum teh nastelgi ? Bangsa yang demikian itu pasti hancur lebur
terhimpit dalam desak mendesaknya bangsa-bangsa lain yang berebut
rebutan hidup! "verpletterd in het gedrang van mensen en volken,
dievechten om het bestaan".
[Pidato HUT Proklamasi, 1960 ]
• Dalam pidatoku Resopim kutegaskan perlunya meresapkan adilnya
Amanat Penderitaan Rakyat, agar meresapkan pula tanggung-jawab
terhadapnya serta mustahilnya perjuangan besar kita berhasil tanpa Tri
Tunggal Revolusi, Ideologi Nasional progressive dan pimpinan
Nasional.
[Pidato HUT Proklamasi, 1961]
• Dalam pidatoku, Tahun Kemenangan" kulancarkan gagasan: "maju
atas dasar kemajuan dan mekar atas dasar kemekaran" "selfpropelling
growth".
[Pidato HUT Proklamasi, 1961]
• Sesuatu bangsa yang tidak mempunyai kepercayaan kepada diri
Beograd tidak dapat berdiri langsung. A nation without faith cannot
stand.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Kita mau menjadi satu Bangsa yang bebas Merdeka, berdaulat penuh,
bermasyarakat adil makmur, satu Bangsa Besar yang Hanyakrawati,
gemah ripah loh jinawi, tata tentram kertaraharja, otot kawat balung
wesi, ora tedas tapak palune pande, ora tedas gurindo.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Kita bangsa Indonesia, kita pemimpin-pemimpin Indonesia, tidak
boleh berhenti, tidak boleh duduk diam tersenyum simpul di atas
damparnya kemasyhuran dan damparnya jasa-jasa di masa. lampau.
Kita tidak boleh "teren op oud roem", tidak boleh hidup dari
kemasyhuran yang lewat, oleh karena jika kita "teren op oud roem"
kita nanti akan menjadi satu Bangsa yang "ngglenggem" satu bangsa
yang gila kemuktian, satu bangsa yang berkarat.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963 ]
• Terserahlah sejarah nanti menonjolkan atau tidak jasa-jasa atau
kemasyhuran-kemasyhuran itu.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi pula
gitamu: "Innallaha la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma
biamfusihim" "Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa, sebelum
bangsa itu merobah nasibnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]
• Berjuanglah, berusahalah, membanting tulang, memeras keringat,
mengulur-ngulurkan tenaga, aktip, dinamis, meraung, menggeledek,
mengguntur, dan selalu sungguh-sungguh, tanpa kemunafikan, ichlas
berkorban untuk cita-cita yang tinggi.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964 ]
• Karena itu hai Bangsa Indonesia, janganlah kita mencari kepeloporan
mental pada orang lain. Carilah kepeloporan mental itu pada diri
Beograd. Carilah Beograd konsepsi-konsepsimu Beograd. Freedom to
be free ! Freedom to be free !
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]
• Asal kita setia kepada hukum sejarah dan asal kita bersatu dan
memiliki tekad baja, kita bisa memindahkan gunung Semeru atau
gunung Kinibalu sekalipun.
[Pidato HUT Proklamasi, 1965]
• Abraham Lincoln, berkata: "one cannot escape history, orang tak dapat
meninggalkan sejarah", tetapi saya tambah : "Never leave history".
inilah sejarah perjuangan, inilah sejarah historymu. Peganglah teguh
sejarahmu itu, never leave your own history! Peganglah yang telah kita
miliki sekarang, yang adalah AKUMULASI dari pada hasil SEMUA
perjuangan kita di masa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah,
engkau akan berdiri di atas vacuum, engkau akan berdiri di atas
kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa
amuk, amuk belaka. Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]
• Memberikan selfrespect kepada Bangsa Beograd, memberikan
selfconfidence kepada diri Bangsa Beograd, memberikan kesanggupan
untuk Berdikari, adalah mutlak perlu bagi tiap-tiap bangsa, di sudut
dunia manapun, di bawah kolong langit manapun.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]
• Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang
lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca-mata benggalanya
dari pada masa yang akan datang.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]
• Karena itu segenap jiwa ragaku berseru Kepada bangsaku Indonesia :
"Terlepas dari perbedaan apapun, jagalah Persatuan, jagalah Kesatuan,
jagalah Keutuhan! Kita sekalian adalah machluk Allah! Dalam
menginjak waktu yang akan datang, kita ini se-olah-olah adalah
buta.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]
• Apakah kelemahan kita : "Kelemahan jiwa kita ialah, kita kurang
percaya kepada diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa
penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, pada hal
kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]
• Pancasila kecuali suatu Weltanschauung adalah alat pemersatu, dan
siapa tidak mengerti perlunya persatuan dan siapa tidak mengerti
bahwa kita hanya dapat merdeka dan berdiri tegak merdeka jikalau kita
bersatu, siapa yang tidak mengerti itu, tidak akan mengerti Panca Sila.
[Pancasila sebagai dasar negara ]
• Ada orang berkata, pada waktu Bung Karno mempropagandakan
Pancasila, pada waktu itu ia menggalinya kurang dalam. Tapi saya
terus terang katakan "Saya menggalinya dari empat saf : Saf pra Hindu,
saf Hindu, saf Islam dan saf Imperialis."
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 42 ]
• Ke Tuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan,
Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial. Dari zaman dahulu sampai zaman
sekarang ini, yang nyata selalu menjadi isi daripada jiwa bangsa
Indonesia.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 38]
• Bagaimana seluruh rakyat Indonesia pada garis besarnya ? Kalau pada
garis besarnya telah saya gogo, saya selami, rakyat Indonesia ini
percaya kepada Tuhan.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 49]
• Kalau Saudara tanya kepada saya personlijk apakah Bung Karno betulbetul
percaya kepada agama Islam. Saya percaya kepada adanya
Tuhan.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 48]
• Kita, sayapun adalah orang Islam, maaf beribu maaf, ke-Islaman saya
jauh belum sempurna, tetapi kalau saudara-saudara membuka saya
punya dada, dan mellhat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak
lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam Bung Karno ini, ingin
membela Islam dalam mufakat, dalam musyawarah. Dengan mufakat
kita perbaiki segala hal juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan
pembicaraan atas permusyawaratan dalam Badan Perwakilan Rakyat.
[Pidato lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945]
• 1. Pancasila, as the sublimation of Indonesia's unity of soul.
2. Pancasila, as the manifestation of the unity the Indonesian nation's
and territory.
3. Pancasila, as WELTANSCHAUUNG in the Indoneslan nation's way
of life, nationallty and internationally.
[Kata Pengantar Bung Karno dalam buku Lahirnya Pancasila, edisi
Bahasa Inggeris, 1 Juni 1964 hlm. 5]
• I am not a maker of Pancasila. I am not a creator of Pancasila. I merely
put into words some feelings existing among people, to which I gave
the name of Pancasila. I dug in the ground of the Indoneslan people
and I saw in the heart of the Indonesian nation that there were five
feelings there .... I formulated what we know to day as Pancasila. I
merely formulated it because these five feelings had already lived for
scores of years, even hundreds of years in our innen most hearts.
[Kata Pengantar Bung Karno dalam buku Lahirnya Pancasila, edisi
Bahasa Inggeris, 1 Juni 1964 hlm. 43]
• Saya berjuang sejak tahun 1918 sampai dengan 1945 sekarang ini
untuk Weltanschauung. Untuk membentuk Nasionalistis Indonesia,
untuk kebangsaan Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia yang hidup
di dalam peri kemanusiaan, untuk permusyawaratan, untuk socialrecht-
vaardigheid, untuk Ketuhanan. Pancasila itulah yang berkobarkobar
di dalam dada saya berpuluh tahun.
[Pidato Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945]
Tentang kemerdekaan
• Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, - Merdeka atau mati !.
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• We want to establish a state, "all for, all", neither for a single
individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a
group of wealthy-but, "all for all".
Kita ingin mendirikan satu Negara "semua buat semua", bukan satu
Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan,
walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara "semua buat
semua".
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• Tokh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa tidak boleh
tidak, pasti akhirnya bangkit menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah
terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara
murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu
bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit.
Indonesia menggugat, hlm. 09
• Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun jembatan emas
di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama
rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Jikalau kita membaca seorang pemimpin Irlandia lain, Erskin Childers
berkata, "Kemerdekaan bukanlah soal tawar-menawar, kemerdekaan
sebagai maut, dia ada atau tidak ada. Kalau orang, menguranginya,
maka itu bukan kemerdekaan lagi".
Indonesia menggugat, hlm. 86
• Kemerdekaan untuk merdeka. Kemerdekaan berarti mengakhiri untuk
selama-lamanya penghisapan bangsa oleh bangsa, penghisapanpenghisapan
yang tak langsung maupun penghisapan yang langsung.
Pidato KTT Non-Blok, 1- 9 -1961
• Selama rakyat belum mencapai kekuasaan politik atas negeri Beograd,
maka sebagian atau semua syarat-syarat hidupnya, baik ekonomi,
maupun sosial, maupun politik, diperuntukkan bagi yang bukan
kepentingannya, bahkan bertentangan dengan kepentingannya.
Indonesia menggugat, hlm. 81
• Kemerdekaan adalah jembatan emas. di seberang jembatan, jembatan
emas inilah kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang
gagah kuat, sehat, kekal dan abadi.
[Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
• Tetapi kecuali daripada itu, maka peristiwa menjadi merdekanya
sesuatu bangsa yang tadinya dijajah oleh imperialisme bangsa lain,
merdeka, betul-betul merdeka, dan bukan merdeka boneka.
Kepada bangsaku hlm. 375
• Perbaikan nasib ini hanyalah bisa datang seratus persen, bilamana
masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
Tentang Sukarno
• .... di dalam cita-cita politikku, aku ini seorang nasionalis, dalam citacita
sosialku aku ini sosialis, di dalam cita-cita sukmaku aku ini sama
sekali theis. Sama sekali percaya kepada Tuhan, sama sekali ingin
mengabdi kepada Tuhan.
[Kepada bangsaku]
• Ya., saya tahu bahwa saya sering dicemooh orang yang tidak senang
kepada saya, bahwa saya adalah katanya "manusia perasan", gevoelsmens,
dan bahwa saya di dalam politik terlalu bersifat "manusia seni",
terlalu bersifat artis. Alangkah senangnya saya dengan cemoohan itu!
Saya mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa
saya dilahirkan dengan sifat-sifat gevoels-mens dan artis, dan saya
bangga bahwa Bangsa Indonesia pun adalah satu "Bangsa perasaan"
(satu gevoelsvolk) dan Bangsa Artis - satu artisenvolk.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Semua orang tahu bahwa aku ini penggemar seni rupa, baik patung,
lukisan-lukisan maupun yang lain-lain. Aku lebih suka lukisan
Samudera yang gelombangnya memukul-mukul, menggebu-gebu, dari
pada lukisan sawah yang adem-ayem-tentrem, "kadyo siniram wayu
sewindu lawase".
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]
• Oemar Said Tjokroaminoto berumur 63 tahun ketika aku datang ke
Surabaya. Pak Tjokro mengajarkan tentang apa dan siapa dia, bukan
tentang apa yang ia ketahui ataupun tentang apa jadinya aku kelak.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 52 ]
• Dr. Douwe Dekker, Setiabudi ketika umurnya sudah 50 tahun
menyampaikan kepada partainya N.I.P. "Umur saya semakin lanjut,
dan bila datang saatnya saya akan mati bahwa adalah kehendak saya
supaya Sukarno yang menjadi pengganti saya. Anak muda ini, akan
menjadi Juru Selamat dari rakyat Indonesia di masa yang akan datang".
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 67]
• Men kan niet onderwijzen wat men wil, men kan niet, onderwijzen wat
men weet, men kan alleen onderwijzen wat men is.
Orang tidak bisa mengajarkan apa yang ia mau, orang tidak bisa
mengajarkan apa yang ia tahu, orang hanya bisa mengajarkan apa ia
adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 514 ]
• Demokrasi kita harus kita jalankan adalah Demokrasi Indonesia,
membawa kepribadian Indonesia.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 105
• Parlementaire Demokrasi adalah ideologi politik dari pada Kapitalisme
yang sedang naik.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 91 ]
• Aku bersemboyan; Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka
dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]
• Ramalan kedua dari Pak Tjokro, satu malam di tengah keluarga, die
berbicara, "Ikutilah anak ini dia diutus oleh Tuhan untuk menjadi
Pemimpin Besar Kita":
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 68]
• Pada satu waktu saya sampai kepada suatu saat memerlukan satu nama
umum bagi semua yang kecil-kecil ini. Ya buruh, ya tani, ya pegawai,
ya nelayan dan lain-lainnya, semuanya tidak ada yang besar, melainkan
kecil-kecil semuanya. Lantas saya beri nama kepada semuanya itu
Marhaen!.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 25 ]
• Ilmu hanyalah ilmu sejati, jikalau ilmu itu ialah untuk membawa
kebahagiaan kepada manusia.
[Menggali api Pancasila, hlm. 15]
• Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat,
aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat.
[Menggali api Pancasila, hlm. 11]
• Seringkali aku merasakan badanku seperti akan lemas, nafasku akan
berhenti, apabila aku tidak bisa keluar dan bersatu dengan rakyat jelata
yang melahirkanku.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 13 ]
• Dan saya sadar sampai sekarang ini, "the service of freedom is a
deathless service". Badan manusia bisa hancur ...., tapi ia punya
"service of freedom" tidak bisa ditembak mati.
[Kata-Kata Pribadi Presidan Sukarno Dalam Sidang MPRS Ke-IV
1966]
Demikian beberapa Kata-kata mutiara dan Amanat Bung Karno yang dari kesemuanya seandainya kita dapat dengan jeli mencermati dan meresapi Makna dari keseluruhan kata-kata Bung karno, Kita dapat mengerti betapa Beliau sangat Mencintai Bangsa ini dan Juga Rakyatnya....
Sangat Sulit sekarang ini menemui Pemimpin seperti Beliau, Karena Tanpa disadari Bangsa ini sudah menjauh dari semangat Nasionalisme seperti yang saya tulis diatas tadi.
Semoga tulisan ini dapat menjadi arti dan Menambah semangat kita berbangsa juga menghargai arti dari perjuangan dan segala sesuatu yang telah mereka ( Pahlawan Bangsa ) tinggalkan untuk kita.
Kita hanya perlu menjaga dan meneruskan perjuangan itu dengan semangat Kejujuran berbangsa.
Terima Kasih " Bung Karno " Terimakasih Para Pahlawan Bangsa Ku................
Link:
4deven